makalah "revolusi industri 4.0 dalam pendidikan" - manajemen perubahan
REVOLUSI INDUSTRI 4.0
DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen
Perubahan
Yang
diampu oleh Ibu Ulfatur
Rahmah, M.Pd
Di susun oleh:
KELOMPOK 4
TRI YULIA CAHYATI (20170701042182)
DWI ALVIANA (20170701042047)
SULFAILAH (20170701042178)
FITRIYATI (20170701042068)
FAHRURROZI (20170701041054)

JURUSAN
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
April 2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan menyebut nama
Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-NYA yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada
kami, sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas makalah Kami yang di bina oleh Ibu Ulfatur Rahmah, M.Pd untuk
memenuhi tugas mata kuliah manajemen
Perubahan yang berjudul Revolusi Industri 4.0.
Kami mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu Kami menyusun makalah ini, Kami sebagai
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dan harapan Kami semoga makalah ini
dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca, Kami mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang
akan kami buat di masa yang akan datang.
Karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu Kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya jika terdapat kata atau penulisan yang kurang berkenan.
Penyusun
Kelompok
04
DAFTAR ISI
SAMPUL............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A.
Latar Belakang........................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................... 1
C. Tujuan
Penulisan..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2
1.
Pengertian Revolusi Industri 4.0............................................................. 2
2.
Karakteristik dan Tujuan Revolusi Industri
4.0...................................... 3
3.
Tantangan Pendidikan di Era Industri 4.0.............................................. 6
4.
Perubahan Sistem Pendidikan di Era
Industri 4.0.................................. 8
5. Apa
Yang Harus Dilakukan Terhadap Revolusi Industri 4.0............... 10
BAB
III PENUTUP........................................................................................ 13
A.
Kesimpulan............................................................................................ 13
B. Saran...................................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Saat ini, dunia tengah memasuki era revolusi industri 4.0 atau revolusi industri dunia keempat dimana teknologi telah menjadi basis dalam kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa batas dan tidak terbatas akibat perkembangan internet dan teknologi digital yang mempengaruhi dunia pendidikan.
Perkembangan
pendidikan di dunia tidak lepas dari adanya perkembangan dari revolusi industri
yang terjadi di dunia, karena secara tidak langsung perubahan tatanan ekonomi
turut merubah tatanan pendidikan di suatu negara. Revolusi industri dimulai
dari 1) Revolusi Industri 1.0 terjadi pada abad ke 18 melalui penemuan mesin
uap, 2) Revolusi Industri 2.0 terjadi pada abad ke 19-20 melalui penggunaan
listrik, 3) Revolusi Industri 3.0 terjadi pada sekitar tahun 1970an melalui
penggunaan komputerisasi, dan 4) Revolusi Industri 4.0 sendiri terjadi
pada sekitar tahun 2010an.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
Yang Dimaksud Dengan Revolusi Industri 4.0.?
2. Bagaimana
Karakteristik dan Tujuan Revolusi Industri 4.0.?
3. Apa
Saja Tantangan Pendidikan di Era Industri 4.0.?
4. Bagaimana
Perubahan Sistem Pendidikan di Era Industri 4.0.?
5. Apa
Yang Harus Dilakukan Terhadap Revolusi Industri 4.0.?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui
Pengertian Revolusi Industri 4.0.
2. Mengetahui
Karakteristik dan Tujuan Revolusi Industri 4.0.
3. Mengetahui
Tantangan Pendidikan di Era Industri 4.0.
4. Mengetahui
Perubahan Sistem Pendidikan di Era Industri 4.0.
5. Mengetahui
Apa Yang Harus Dilakukan Terhadap Revolusi Industri 4.0.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Revolusi Industri 4.0
Merujuk beberapa literatur Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Revolusi industri terdiri dari 2 kata yaitu
revolusi dan industri. Revolusi berarti perubahan yang bersifat sangat cepat,
sedangkan pengertian industri adalah usaha pelaksanaan proses produksi. Apabila
ditarik benang merah maka pengertian revolusi industri adalah suatu perubahan
yang berlangsung cepat dalam pelaksanaan proses produksi dimana yang semula
pekerjaan proses produksi itu dikerjakan oleh manusia digantikan oleh mesin,
sedangkan barang yang diproduksi mempunyai nilai tambah (value added) yang
komersial.
Pada konteks revolusi industri
dapat diterjemahkan proses yang terjadi sebenarnya adalah perubahan sosial dan
kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar kebutuhan pokok
(needs) dengan keinginan (wants) masyarakat. Perjalanan perubahan dalam
revolusi yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih
dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan.
Dasar perubahan ini sebenarnya
adalah pemenuhan hasrat keinginan pemenuhan kebutuhan manusia secara cepat dan
berkualitas. Revolusi Industri telah mengubah cara kerja manusia dari
penggunaan manual menjadi otomatisasi atau digitalisasi. Inovasi menjadi kunci
eksistensi dari perubahan itu sendiri.[1]
Jadi dapat disimpulkan bahwa
Revolusi Industri 4.0 yaitu perubahan yang berlangsung cepat dengan
memanfaatkan teknologi dan big data, dalam pelaksanaan proses produksi yang
dulunya dilakukan oleh manusia sekarang digantikan oleh mesin atau menggunakan
teknologi baru.
B.
Karakteristik
dan Tujuan Revolusi Industri 4.0
Revolusi industri ke 4 saat ini,
yang telah dimulai tahun 2000an, membuat otomatisasi sudah semakin jauh
berkembang utamanya pada sistem produksi siber-fisik (cyber-physical). Hal ini
secara luas telah melampaui perkembangan teknologi yang dikenal dengan pabrik
pintar (smart factories), industri internet of things, smart industry, ataupun
advance manufacturing (Kinzel, 2016).
Karakteristik industri 4.0 adalah
kombinasi dari beberapa perkembangan teknologi-teknologi terbaru (Kinzel,
2016), yaitu:
1. Sistem
siber-fisik (cyber-physical systems).
Sistem Siber-Fisik Sistem
siber-fisik (cyber-physical systems) meningkatkan kemampuan untuk mengontrol
dan memonitor proses fisik, dengan bantuan sensor, robot cerdas, drone, printer
3D dan lain sebagainya. Dalam cyber-physical systems, komponen fisik seperti
printer 3D, drone dan robot, serta komponen perangkat lunak seperti analisa
data dan teknologi sensor semua disatukan ke dalam jaringan (network) yang
saling berinteraksi antar elemennya. Pada saat input awal dan produk akhir yang
biasanya berbentuk fisik, informasi biasanya dipindahkan antara kondisi fisik
dan digital selama proses manufaktur berlangsung. Sebagai contoh, aktivitas
memindai (scan) komponen fisik yang menghasilkan representasi model digital
sesuai dengan hasil pindaiannya. Data digital ini kemudian dapat dirubah ke
bentuk informasi fisik lagi menggunakan printer 3D.
2. Teknologi
Informasi dan komunikasi (information and communication technology).
80% inovasi-inovasi dalam
manufaktur berbasis pada ICT (Wahlster, 2012). Digitalisasi dan menyebarluasnya
aplikasi ICT memungkinkan untuk mengintegrasikan semua sistem diseluruh pasokan
dan rantai nilai sehingga dapat mengagregasikan data di semua level. Seluruh
informasi terdigitalisasi dan kesesuaian sistem di dalam dan antar perusahaan
terintegrasi dalam setiap tahapan antar pembuatan dan penggunaan siklus hidup
produk (Kinzel, 2016). Manufaktur produk
pintar (smart product) akan mengambil peran tambahan dari tujuan utamanya:
sebagai wadah informasi yang mengumpulkan informasi sepanjang rantai suplai dan
siklus hidupnya; sebagai agen; produk secara aktif memberikan pengaruh kepada
lingkungan, dan sebagai observer; produk memonitor dirinya sendiri dan
lingkungannya (Wahlster, 2012). Sebagai contoh, item pakaian dapat memonitor
berapa lama keusangannya atau sebarap sering telah dicuci, untuk dilaporkan ke
pabrik dalam rangka untuk memproduksi penggantinya saat dibutuhkan (Kinzel,
2016). Pengembangan sektor ICT saat ini telah membentuk pondasi industri 4.0,
sebagai proses industrialisasi yang telah mulai untuk melampaui otomatisasi
sederhana dari produksi yang telah dimulai pada awal 1970an (Schlaepfer, 2014).
3. Jaringan
komunikasi (network communications).
Komunikasi Jaringan (Network
Communications) Semua peralatan ini, baik pada pabrik manufaktur, pemasok dan
distributor semua terhubung melalui teknologi internet dan wireless (Kinzel,
2016). Jaringan komunikasi dengan kualitas tinggi yang terpercaya menjadi
kebutuhan paling penting bagi industri 4.0 dan karenannya sangat penting untuk
mengembangkan infrastruktur jaringan internet di mana dibutuhkan (Kagermann,
2013). Jaringan dengan kemampuan internet yang tinggi mampu menghubungkan antar
komponen ini sehingga dapat melakukan desentralisasi dan pengaturan mandiri
dari pengoperasian sistem siber-fisik (cyber-physical systems).
4. Big
data dan cloud computing.
Big Data and Cloud Computing Dengan
penggunaan big data dan komputasi awan (cloud computing), informasi yang
diambil melalui jaringan ini dapat digunakan untuk memodelkan, memvirtualisasi
dan mensimulasi produk dan proses manufakturnya. Model ini disebut sebagai
kembar digital (digital twins), atau peralatan bayangan (device shadows).
Digital twins adalah pendamping komputerisasi (computerized companion) dari
asset fisik yang mampu melakukan monitoring, diagnosis, dan prognosis asset
secara langsung (real time).
5. Peningkatan
kemampuan peralatan untuk interaksi dan kooperasi manusia-komputer
(human-computer).
Peralatan Yang Ditingkatkan
Kemampuannya (Improved Tools) Untuk melakukan kontrol terhadap proses tersebut,
tempat kerja manusia dipasok dengan peralatan ICT yang dibuat dan digunakan
untuk perkembangan dalam augmented reality dan robot cerdas. Sistem siber-fisik
pada industri 4.0 memiliki tujuan utama untuk membantu manusia dalam pekerjaan
sehari-hari. Mereka menyertakan pembantu fisik exoskeletons, context-adaptive
sistem untuk mendiagnosa kesalahan, sistem perencanaan dan perawatan berbasis
waktu, mobile, personalisasi, sistem tutor yang adaptive terhadap situasi, dan
lain-lain. Fitur kunci dari semua sistem pembantu tersebut adalah
non-intrusiveness, contextadaptiveness, personalisasi, berbasis lokasi dan
mobilitas. Untuk memastikan pengunaan secara optimal dan efisien, sistem-sistem
tersebut harus didesain secara baik, dengan memperhatikan kemungkinan untuk
dapat merespon ucapan, gerak, treking mata, bahasa tubuh, ekspresi wajah,
gerakan fisik dan grafikgrafik (Wahlster, 2012). Aspek sentral dari industri
4.0 adalah antarmuka (interface) nya dengan infrastruktur pintar lainnya,
seperti, bangunan pintar (smart building), rumah pintar (smart home), logistik
pintar (smart logistic), mobilitas dan jaringan, serta konektifitas terhadap
bisnis dan web sosial (Kagermann, 2013; Schlaepfer, 2014). Hal ini sangat
penting bahwa area-area kunci ini dipertimbangkan ketika mengimplementasikan
industri 4.0. karenanya, dapat dikatakan, bahwa efek dari industri 4.0 tidak
terbatas pada manufacturing namun juga berpengaruh kepada berbagai aspek
kehidupan manusia.
6. Pemodelan
(modeling), virtualisasi (virtualization), dan simulasi (simulation).
Pemodelan, virtualisasi serta
simulasi ini masuk kepada Big Data and Cloud Computing Dengan penggunaan big
data dan komputasi awan (cloud computing), informasi yang diambil melalui
jaringan ini dapat digunakan untuk memodelkan, memvirtualisasi dan mensimulasi
produk dan proses manufakturnya.[2]
Jadi dapat disimpulkan Karakteristik
model dari Industri 4.0 adalah kombinasi dari beberapa perkembangan teknologi
terbaru seperti sistem siber fisik, teknologi informasi dan komunikasi,
jaringan komunikasi, big data dan cloud computing, pemodelan, virtualisasi,
simulasi serta peralatan yang telah dikembangkan untuk kemudahan interaksi
manusia dengan komputer.
C.
Tantangan
Pendidikan di Era Industri 4.0
Revolusi Industri 4.0 merupakan
istilah yang diutarakan Prof. Klaus Martin Schwab, teknisi, ekonom Jerman dan
pendiri Executive Chairman World Economic Forum. Era Revolusi Industri 4.0
menghadirkan lini usaha baru, lapangan kerja, serta profesi baru. Siapa yang
menyangka muncul pekerjaan sebagai buzzer politik, admin media sosial, juga
brand endorser. Ancamannya, profesi dan lapangan kerja yang tergantikan mesin
kecerdasan buatan dan robot.
Revolusi telah terjadi sepanjang
sejarah ketika teknologi baru dan cara baru untuk memahami dunia memicu
perubahan besar dalam sistem ekonomi dan struktur social. Revolusi Industri 4.0
tidak hanya mesin dan sistem cerdas, cakupannya jauh lebih luas karena terjadi
bersamaan, yaitu berupa gelombang terobosan di berbagai bidang, sekuensing gen
hingga nanoteknologi, dari energi terbarukan hingga komputasi kuantum.
Revolusi digital dan era disrupsi
teknologi merupakan istilah lain dari Industri 4.0. Disebut revolusi digital
karena terjadinya proliferasi komputer dan otomatisasi pencatatan di semua
bidang. Ada beberapa tantangan industri 4.0 :
1. Pertama,
keamanan teknologi informasi.
2. Kedua,
keandalan dan stabilitas mesin produksi.
3. Ketiga,
kurangnya keterampilan memadai.
4. Keempat,
keengganan berubah pemangku kepentingan.
5. Kelima,
hilangnya banyak pekerjaan karena berubah menjadi otomatisasi.
Posisi manusia di Indonesia saat
ini dalam masa disrupsi atau tercerabut. Jika dulu mau pergi ke suatu tempat
harus menunggu angkutan lewat, kemudian muncul taksi. Setelah taksi menjamur,
muncul kendaraan online seperti Go-jek dan Go-car. Dulu orang ketika mau
mencukur rambut cukup datang ke tukang cukur tradisional. Era kini memunculkan
industri barbershop yang modern dan praktis.
Irianto dalam karya Industry 4.0;
The Challenges of Tomorrow (2017), menyebut tantangan Industri 4.0 meliputi
beberapa hal. Pertama, kesiapan industri. Kedua, tenaga kerja terpercaya.
Ketiga, kemudahan pengaturan sosial budaya. Keempat, diversifikasi dan
penciptaan lapangan kerja dan peluang industri 4.0 yaitu inovasi ekosistem,
basis industri yang kompetitif, investasi pada teknologi dan integrasi Usaha
Kecil Menengah (UKM) dan kewirausahaan.
Apakah hanya dunia kerja dan
digital secara luas? Tentu tidak. Tantangan era Revolusi Industri 4.0 kompleks
sekali. Belum lagi di dunia pendidikan, semua sudah berkonversi di dunia
digital. Jika dulu cukup sistem manual, kuno, primitif, saat ini semua harus
serba siber. Contohkan e-library (perpustakaan digital), e-learning (pembelajaran
digital), e-book (buku online), dan lainnya.
Peralihan gaya mengajar bergeser
dari teacher center ke student center yang tentu dapat meningkatkan minat
belajar siswa. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran menjadi inovasi pembelajaran berdampak positif. Tidak hanya dari segi
minat belajar namun juga dari hasil belajar. Penggunaan berbagai aplikasi
digital, CD pembelajaran interaktif, ebook, website, dan gaya belajar digital
lainnya merupakan alternatif paperless. Guru tidak perlu mencetak
berlembar-lembar soal tes bagi siswanya. Siswa dapat menempuh evaluasi dengan
berbagai aplikasi online seperti edmodoo dan kahoot.[3]
Dari penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa tantangan era Revolusi Industri 4.0 sangat komplek. Pertama,
keamanan teknologi informasi yang menyasar ke dunia pendidikan. Kedua,
keandalan dan stabilitas mesin produksi. Ketiga, kurangnya keterampilan yang
memadai. Keempat, keengganan untuk berubah para pemangku kepentingan. Kelima,
hilangnya banyak pekerjaan karena otomatisasi. Keenam, stagnasi pemanfaatan teknologi,
informasi, dan komunikasi. Ketujuh, belum meratanya perubahan kurikulum, model,
strategi, pendekatan dan guru dalam pembelajaran yang menguatkan literasi baru.
Perkembangan era Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan masifnya
perkembangan digital technology, artificial intelligence, big data, robotic,
dan lainnya menjadi proyek bersama semua lembaga pendidikan untuk menjawabnya.
Meskipun tidak bisa pada semua aspek, minimal lembaga pendidikan tingkat dasar
fokus pada penguatan literasi baru.
D.
Perubahan
Sistem Pendidikan di Era Industri 4.0
Perkembangan teknologi digital di
era Industri 4.0 saat ini telah membawa perubahan dan mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan manusia, termasuk di bidang pendidikan.
Hoyles & Lagrange (2010)
menegaskan bahwa teknologi digital adalah hal yang paling mempengaruhi sistem
pendidikan di dunia saat ini. Hal ini disebebkan karena aspek efektivitas,
efisiensi dan daya tarik yang ditawarkan oleh pembelajaran berbasis teknologi
digital. Jika pada tahun 1980an, benda-benda kongkrit artifisial mendominasi
penggunaannya sebagai alat visualisasi konsep-konsep abstrak, kini visualisasi
berbasis teknologi digital marak digunakan sebagai alat bantu yang lebih
efektif, efisien, interaktif, dan attraktif. Jika pada tahun 1990an, penggunaan
alat hitung berbasis digitial, seperti kalkulator, dihindari penggunaannya di
sekolah dikarenakan asumsi bahwa alat tersebut dapat merusak mental matematika
siswa, kini kalkulator dipandang memiliki nilai edukasi untuk meningkatkan
kemampuan siswa kepekaan bilangan siswa dan membantu dalam pemecahan masalah
matematika.
Dewan Nasional Guru Matematika NCTM
(National Council Of Teacher Of
Mathematics) (2000) menegaskan bahwa integrasi teknologi dalam pembelajaran paling
tidak memiliki tiga dampak yang positif dalam pembelajaran matematika, yaitu :
1. teknologi
dapat meningkatkan capaian pembelajaran matematika
2. Teknologi
dapat meningkatkan efektivitas pengajaran matematika
3. Teknologi
dapat mempengaruhi apa dan bagaimana matematika itu seharusnya dipelajari dan
dibelajarkan.
Sejalan
dengan NCTM (2000), berbagai penelitian menunjukkan bahwa siswa dapat belajar
matematika lebih kaya dan mendalam ketika teknologi digunakan dengan ‘tepat
guna’ dalam pembelajaran matematika (seperti Drijvers, Boon & Van Reeuwijk,
2010; Ellington, 2003; Heid, 1988; Dunham and Dick 1994; Sheets 1993; Boersvan
Oosterum 1990; Rojano 1996; Groves 1994).
Meskipun
berbagai riset menunjukkan dampak positif dari pengintegrasikan teknologi
digital dalam pembelajaran matematika, masih banyak ditemukan pendidikan
matematika lainnya yang meragukan hal tersebut. Misalnya, studi awal kami
menemukan bahwa guru masih menyimpan kekhawatiran terkait implementasi
teknologi dalam pembelajaran matematika. Mereka masih berasumsi bahwa teknologi
digital dalam pembelajaran matematika akan memberikan dampak buruk terhadap
pembelajaran matematika. Misalnya, pengenalan mesin kalkulator sebagai alat
hitung akan menyebabkan ketergantungan siswa terhadap mesin hitung tersebut,
yang kemudian berakibat pada buruknya kemampuan siswa dalam melakukan
perhitungan. Selain itu, penggunaan teknologi digital dikhawatirkan
disalahgunakan oleh siswa yang akibatnya siswa tidak mempelajari apa yang
seharusnya dipelajari. Misalnya, ketika siswa bekerja dengan alat pembelajaran
berbasis teknologi digital, mereka lebih disibukkan dengan mencoba-coba fitur
pada alat belajar tersebut, bukan pada penemuan pelajaran berbantuan alat
tersebut.
Meskipun
demikian, mereka menyadari bahwa teknologi dalam pembelajaran tidak dapat
dihindari dan ada keyakinan pada diri mereka bahwa teknologi dapat memberikan
dampak positif jika dilakukan dengan tepat guna.[4]
Jadi
dapat disimpulkan bahwa era industry 4.0 membawa perubahan serta dapat
mempengaruhi system pendidikan karena aspek efektivitas, efisiensi dan daya
tarik yang ditawarkan oleh pembelajaran berbasis teknologi digital. Yang
dulunya menggunakan alat hitung berbasis digital dihindari karena alat tersebut
dapat merusak mental siswa, sekarang alat hitung digital yang sering disebut
kalkulator kini digunakan dan dipandang untuk meningkatkan kemampuan siswa.
E.
Apa
Yang Harus Dilakukan Terhadap Revolusi Industri 4.0
Perubahan dalam pembelajaran sesuai
dengan era industry 4.0 akan berdampak pada peran pendidikan vokasi khususnya
peran pendidiknya. Jika peran pendidik masih mempertahankan sebagai penyampai
pengetahuan, maka mereka akan kehilangan peran seiring dengan perkembamgan
teknologi dan perubahan metode pembelajarannya. Kondisi tersebut harus diatasi
dengan menambah kompetensi pendidik yang mendukung pengetahuan untuk eksplorasi
dan penciptaan melalui pembelajaran mandiri. Definisi kompetensi baru harus
segera ditemukan melalui penelusuran dan penelitian tentang tujuh domain dalam
kompetensi mengajar guru vokasi (Ye-weon Jeon, dkk: 2017) yaitu teaching design, teaching and learning
guidance, research on teaching content, research on teaching methods, career
and interpersonal relationship guidance, management support for school and
class, cooperation.
Selain peran pendidik, pendidikan
vokasi harus menyiapkan bimbingan karir dan pengembangan karir peserta didik,
lebih mengutamakan kompetensi lulusannya nanti seperti apa daripada ijasahnya,
membentuk akses untuk pendidikan yang global, meningkatkan personal development
khususnya tentang keterampian sosial. Selain itu untuk penataan kelembagaan,
program studi yang ada tidak perlu diganti dengan yang baru akan tetapi lebih
pada menyesuaikan sesuatu yang baru kedalam program studi yang sudah ada,
meningkatkan kinerja pendidikan vokasi pada level yang lebih tinggi dengan
menerapkan model pembelajaran problem solving dan berpikir system, serta
keterhubungan dengan pihak industri yang sesuai dengan kebutuhan lapangan
kerja.
Dalam kontek pembelajaran abad 21,
pembelajaran yang menerapkan kreativitas, berpikir kritis, kerjasama,
keterampilan komunikasi, kemasyarakatan dan keterampilan karakter, tetap harus
dipertahankan bahwa sebagai lembaga pendidikan vokasi peserta didik tetap
memerlukan kemampuan teknik. Pemanfaatan berbagai aktifitas pembelajaran yang
mendukung industry 4.0 merupakan keharusan dengan model resource sharing dengan
siapapun dan dimanapun, pembelajaran kelas dan lab dengan augmented dengan
bahan virtual, bersifat interaktif, menantang, serta pembelajaran yang kaya isi
bukan sekedar lengkap. Melalui kesadaran terhadap tantangan yang sudah ada di
dunia kerja melalui revolusi industry 4.0, dan kesiapan untuk berubah akan
mendekatkan pendidikan vokasi pada kondisi ketenagakerjaan sekarang dan masa
depan.[5]
Jadi dapat disimpulkan revolusi
industry 4.0 ini pendidikan di hadapkan dengan perubahan. Pendidik harus mampu
menanggapi perubahan ini, karena operan penyampai pengetahuan akan segera
berubah menjadi peran peran pendamping untuk menemukan dan menciptakan melalui
belajar mandiri. Maka dari itu pendidik vokasi harus belajar cepat berubah
bekerjasama dengan industry dan mengenali kompetensi baru seperti apa yang
dibutuhkan oleh industry 4.0 melalui pemanfaatan berbagai data. Pendidik juga
harus mengembangkan keahliannya sendiri termasuk juga bagaimana mengelola data
peserta didik, bimbingan karir melalui big data, serta peserta didik dapat
segera beradaptasi dengan perubahan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Revolusi
Industri 4.0 yaitu perubahan yang berlangsung cepat dengan memanfaatkan
teknologi dan big data, dalam pelaksanaan proses produksi yang dulunya
dilakukan oleh manusia sekarang digantikan oleh mesin atau menggunakan
teknologi baru.
2. Karakteristik
model dari Industri 4.0 adalah kombinasi dari beberapa perkembangan teknologi
terbaru seperti sistem siber fisik, teknologi informasi dan komunikasi,
jaringan komunikasi, big data dan cloud computing, pemodelan, virtualisasi,
simulasi serta peralatan yang telah dikembangkan untuk kemudahan interaksi
manusia dengan komputer.
3. Tantangan
era Revolusi Industri 4.0 sangat komplek. Pertama, keamanan teknologi informasi
yang menyasar ke dunia pendidikan. Kedua, keandalan dan stabilitas mesin
produksi. Ketiga, kurangnya keterampilan yang memadai. Keempat, keengganan
untuk berubah para pemangku kepentingan. Kelima, hilangnya banyak pekerjaan
karena otomatisasi. Keenam, stagnasi pemanfaatan teknologi, informasi, dan
komunikasi. Ketujuh, belum meratanya perubahan kurikulum, model, strategi,
pendekatan dan guru dalam pembelajaran yang menguatkan literasi baru.
4. Era
industry 4.0 membawa perubahan serta dapat mempengaruhi system pendidikan
karena aspek efektivitas, efisiensi dan daya tarik yang ditawarkan oleh
pembelajaran berbasis teknologi digital. Yang dulunya menggunakan alat hitung
berbasis digital dihindari karena alat tersebut dapat merusak mental siswa,
sekarang alat hitung digital yang sering disebut kalkulator kini digunakan dan
dipandang untuk meningkatkan kemampuan siswa.
5. Yang
harus dilakukan dalam menghadapi revolusi industry 4.0 ini. Pendidik harus
mampu menanggapi perubahan ini, karena operan penyampai pengetahuan akan segera
berubah menjadi peran peran pendamping untuk menemukan dan menciptakan melalui
belajar mandiri. Maka dari itu pendidik vokasi harus belajar cepat berubah
bekerjasama dengan industry dan mengenali kompetensi baru seperti apa yang
dibutuhkan oleh industry 4.0 melalui pemanfaatan berbagai data. Pendidik juga
harus mengembangkan keahliannya sendiri termasuk juga bagaimana mengelola data
peserta didik, bimbingan karir melalui big data, serta peserta didik dapat
segera beradaptasi dengan perubahan.
B. Saran
Semoga hasil penulisan makalah ini bermanfaat
bagi pembaca dan penulis. Kami selaku penyusun makalah tersebut mengharapkan
saran, dan ide yang bisa membangun, dan melengkapi makalah yang dibuat
tersebut. Dan jika ada kesalahan mohon dimaafkan.
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3875388086098959"
crossorigin="anonymous"></script>
DAFTAR PUSTAKA
Suwardana,
Hendra. “Revolusi Industri 4.0 Berbasis Revolusi Mental.” Jurnal Unik.
2017.
Fauzan,
Rahman. “Karakteristik Model dan Analisa Peluang Industri 4.0.” Jurnal
PHASTI.
2018.
Ibda,
Hamisullah. “penguatan literasi baru era revolusi industry 4.0.” Jurnal RTIE.
2018.
Susilahudin
Putrawangsa & Uswatun Hasanah. “integrasi teknologi digital dalam
pembelajaran di era 4.0.” Jurnal Tatsqif. 2018
Triyono,
Moch Bruri. “tantangan revolusi 4.0 bagi pendidikan vokasi.” Jurnal
seminasvoktek.
2017.
[1] Hendra Suwardana, “Revolusi
Industri 4.0 Berbasis Revolusi Mental.” Jurnal
Unik, vol.1, no. 2 (2017) hlm., 103.
[2] Rahman fauzan, “Karakteristik
Model dan Analisa Peluang Industri 4.0.” Jurnal
PHASTI, vol.04, No. 1 (April 2018) hlm., 2-4.
[3] Hamisullah Ibda, “penguatan
literasi baru era revolusi industry 4.0.” Jurnal
RTIE, vol. 1, No. 1 (2018) hlm., 5-7.
[4] Susilahudin Putrawangsa &
Uswatun Hasanah, “integrasi teknologi digital dalam pembelajaran di era 4.0.” Jurnal Tatsqif, vol. 16, No. 1 (Juni
2018) hlm., 43-45.
[5] Moch Bruri Triyono, “tantangan
revolusi 4.0 bagi pendidikan vokasi.” Jurnal
seminasvoktek, (Oktober 2017) hlm., 4-5.
Komentar
Posting Komentar