makalah "revolusi industri 4.0 dalam pendidikan" - manajemen perubahan


REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Perubahan
Yang diampu oleh Ibu Ulfatur Rahmah, M.Pd
Di susun oleh:
KELOMPOK 4
TRI YULIA CAHYATI        (20170701042182)
DWI ALVIANA                    (20170701042047)
SULFAILAH                         (20170701042178)
FITRIYATI                            (20170701042068)
FAHRURROZI                      (20170701041054)
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
April 2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-NYA yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami, sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas makalah Kami yang di bina oleh Ibu Ulfatur Rahmah, M.Pd untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen Perubahan yang berjudul Revolusi Industri 4.0.
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu Kami menyusun makalah ini, Kami sebagai penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dan harapan Kami semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca, Kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata atau penulisan yang kurang berkenan.




Pamekasan, 04 April 2018     
Penyusun                    


Kelompok 04



DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A.    Latar Belakang........................................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................... 1
C.     Tujuan Penulisan..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2
1.      Pengertian Revolusi Industri 4.0............................................................. 2
2.      Karakteristik dan Tujuan Revolusi Industri 4.0...................................... 3
3.      Tantangan Pendidikan di Era Industri 4.0.............................................. 6
4.      Perubahan Sistem Pendidikan di Era Industri 4.0.................................. 8
5.      Apa Yang Harus Dilakukan Terhadap Revolusi Industri 4.0............... 10
BAB III PENUTUP........................................................................................ 13
A.    Kesimpulan............................................................................................ 13
B.     Saran...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 15


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Saat ini, dunia tengah memasuki era revolusi industri 4.0 atau revolusi industri dunia keempat dimana teknologi telah menjadi basis dalam kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa batas dan tidak terbatas akibat perkembangan internet dan teknologi digital yang mempengaruhi dunia pendidikan.
Perkembangan pendidikan di dunia tidak lepas dari adanya perkembangan dari revolusi industri yang terjadi di dunia, karena secara tidak langsung perubahan tatanan ekonomi turut merubah tatanan pendidikan di suatu negara. Revolusi industri dimulai dari 1) Revolusi Industri 1.0 terjadi pada abad ke 18 melalui penemuan mesin uap, 2) Revolusi Industri 2.0 terjadi pada abad ke 19-20 melalui  penggunaan listrik, 3) Revolusi Industri 3.0 terjadi pada sekitar tahun 1970an melalui penggunaan komputerisasi, dan 4) Revolusi Industri 4.0 sendiri terjadi pada sekitar tahun 2010an.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Yang Dimaksud Dengan Revolusi Industri 4.0.?
2.      Bagaimana Karakteristik dan Tujuan Revolusi Industri 4.0.?
3.      Apa Saja Tantangan Pendidikan di Era Industri 4.0.?
4.      Bagaimana Perubahan Sistem Pendidikan di Era Industri 4.0.?
5.      Apa Yang Harus Dilakukan Terhadap Revolusi Industri 4.0.?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui Pengertian Revolusi Industri 4.0.
2.      Mengetahui Karakteristik dan Tujuan Revolusi Industri 4.0.
3.      Mengetahui Tantangan Pendidikan di Era Industri 4.0.
4.      Mengetahui Perubahan Sistem Pendidikan di Era Industri 4.0.
5.      Mengetahui Apa Yang Harus Dilakukan Terhadap Revolusi Industri 4.0.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Revolusi Industri 4.0
Merujuk beberapa literatur Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Revolusi industri terdiri dari 2 kata yaitu revolusi dan industri. Revolusi berarti perubahan yang bersifat sangat cepat, sedangkan pengertian industri adalah usaha pelaksanaan proses produksi. Apabila ditarik benang merah maka pengertian revolusi industri adalah suatu perubahan yang berlangsung cepat dalam pelaksanaan proses produksi dimana yang semula pekerjaan proses produksi itu dikerjakan oleh manusia digantikan oleh mesin, sedangkan barang yang diproduksi mempunyai nilai tambah (value added) yang komersial.
Pada konteks revolusi industri dapat diterjemahkan proses yang terjadi sebenarnya adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar kebutuhan pokok (needs) dengan keinginan (wants) masyarakat. Perjalanan perubahan dalam revolusi yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. 
Dasar perubahan ini sebenarnya adalah pemenuhan hasrat keinginan pemenuhan kebutuhan manusia secara cepat dan berkualitas. Revolusi Industri telah mengubah cara kerja manusia dari penggunaan manual menjadi otomatisasi atau digitalisasi. Inovasi menjadi kunci eksistensi dari perubahan itu sendiri.[1]
Jadi dapat disimpulkan bahwa Revolusi Industri 4.0 yaitu perubahan yang berlangsung cepat dengan memanfaatkan teknologi dan big data, dalam pelaksanaan proses produksi yang dulunya dilakukan oleh manusia sekarang digantikan oleh mesin atau menggunakan teknologi baru.
B.     Karakteristik dan Tujuan Revolusi Industri 4.0
Revolusi industri ke 4 saat ini, yang telah dimulai tahun 2000an, membuat otomatisasi sudah semakin jauh berkembang utamanya pada sistem produksi siber-fisik (cyber-physical). Hal ini secara luas telah melampaui perkembangan teknologi yang dikenal dengan pabrik pintar (smart factories), industri internet of things, smart industry, ataupun advance manufacturing (Kinzel, 2016).
Karakteristik industri 4.0 adalah kombinasi dari beberapa perkembangan teknologi-teknologi terbaru (Kinzel, 2016), yaitu:
1.      Sistem siber-fisik (cyber-physical systems).
Sistem Siber-Fisik Sistem siber-fisik (cyber-physical systems) meningkatkan kemampuan untuk mengontrol dan memonitor proses fisik, dengan bantuan sensor, robot cerdas, drone, printer 3D dan lain sebagainya. Dalam cyber-physical systems, komponen fisik seperti printer 3D, drone dan robot, serta komponen perangkat lunak seperti analisa data dan teknologi sensor semua disatukan ke dalam jaringan (network) yang saling berinteraksi antar elemennya. Pada saat input awal dan produk akhir yang biasanya berbentuk fisik, informasi biasanya dipindahkan antara kondisi fisik dan digital selama proses manufaktur berlangsung. Sebagai contoh, aktivitas memindai (scan) komponen fisik yang menghasilkan representasi model digital sesuai dengan hasil pindaiannya. Data digital ini kemudian dapat dirubah ke bentuk informasi fisik lagi menggunakan printer 3D.
2.      Teknologi Informasi dan komunikasi (information and communication technology).
80% inovasi-inovasi dalam manufaktur berbasis pada ICT (Wahlster, 2012). Digitalisasi dan menyebarluasnya aplikasi ICT memungkinkan untuk mengintegrasikan semua sistem diseluruh pasokan dan rantai nilai sehingga dapat mengagregasikan data di semua level. Seluruh informasi terdigitalisasi dan kesesuaian sistem di dalam dan antar perusahaan terintegrasi dalam setiap tahapan antar pembuatan dan penggunaan siklus hidup produk (Kinzel, 2016).  Manufaktur produk pintar (smart product) akan mengambil peran tambahan dari tujuan utamanya: sebagai wadah informasi yang mengumpulkan informasi sepanjang rantai suplai dan siklus hidupnya; sebagai agen; produk secara aktif memberikan pengaruh kepada lingkungan, dan sebagai observer; produk memonitor dirinya sendiri dan lingkungannya (Wahlster, 2012). Sebagai contoh, item pakaian dapat memonitor berapa lama keusangannya atau sebarap sering telah dicuci, untuk dilaporkan ke pabrik dalam rangka untuk memproduksi penggantinya saat dibutuhkan (Kinzel, 2016). Pengembangan sektor ICT saat ini telah membentuk pondasi industri 4.0, sebagai proses industrialisasi yang telah mulai untuk melampaui otomatisasi sederhana dari produksi yang telah dimulai pada awal 1970an (Schlaepfer, 2014).
3.      Jaringan komunikasi (network communications).
Komunikasi Jaringan (Network Communications) Semua peralatan ini, baik pada pabrik manufaktur, pemasok dan distributor semua terhubung melalui teknologi internet dan wireless (Kinzel, 2016). Jaringan komunikasi dengan kualitas tinggi yang terpercaya menjadi kebutuhan paling penting bagi industri 4.0 dan karenannya sangat penting untuk mengembangkan infrastruktur jaringan internet di mana dibutuhkan (Kagermann, 2013). Jaringan dengan kemampuan internet yang tinggi mampu menghubungkan antar komponen ini sehingga dapat melakukan desentralisasi dan pengaturan mandiri dari pengoperasian sistem siber-fisik (cyber-physical systems).
4.      Big data dan cloud computing.
Big Data and Cloud Computing Dengan penggunaan big data dan komputasi awan (cloud computing), informasi yang diambil melalui jaringan ini dapat digunakan untuk memodelkan, memvirtualisasi dan mensimulasi produk dan proses manufakturnya. Model ini disebut sebagai kembar digital (digital twins), atau peralatan bayangan (device shadows). Digital twins adalah pendamping komputerisasi (computerized companion) dari asset fisik yang mampu melakukan monitoring, diagnosis, dan prognosis asset secara langsung (real time). 
5.      Peningkatan kemampuan peralatan untuk interaksi dan kooperasi manusia-komputer (human-computer).
Peralatan Yang Ditingkatkan Kemampuannya (Improved Tools) Untuk melakukan kontrol terhadap proses tersebut, tempat kerja manusia dipasok dengan peralatan ICT yang dibuat dan digunakan untuk perkembangan dalam augmented reality dan robot cerdas. Sistem siber-fisik pada industri 4.0 memiliki tujuan utama untuk membantu manusia dalam pekerjaan sehari-hari. Mereka menyertakan pembantu fisik exoskeletons, context-adaptive sistem untuk mendiagnosa kesalahan, sistem perencanaan dan perawatan berbasis waktu, mobile, personalisasi, sistem tutor yang adaptive terhadap situasi, dan lain-lain. Fitur kunci dari semua sistem pembantu tersebut adalah non-intrusiveness, contextadaptiveness, personalisasi, berbasis lokasi dan mobilitas. Untuk memastikan pengunaan secara optimal dan efisien, sistem-sistem tersebut harus didesain secara baik, dengan memperhatikan kemungkinan untuk dapat merespon ucapan, gerak, treking mata, bahasa tubuh, ekspresi wajah, gerakan fisik dan grafikgrafik (Wahlster, 2012). Aspek sentral dari industri 4.0 adalah antarmuka (interface) nya dengan infrastruktur pintar lainnya, seperti, bangunan pintar (smart building), rumah pintar (smart home), logistik pintar (smart logistic), mobilitas dan jaringan, serta konektifitas terhadap bisnis dan web sosial (Kagermann, 2013; Schlaepfer, 2014). Hal ini sangat penting bahwa area-area kunci ini dipertimbangkan ketika mengimplementasikan industri 4.0. karenanya, dapat dikatakan, bahwa efek dari industri 4.0 tidak terbatas pada manufacturing namun juga berpengaruh kepada berbagai aspek kehidupan manusia.
6.      Pemodelan (modeling), virtualisasi (virtualization), dan simulasi (simulation).
Pemodelan, virtualisasi serta simulasi ini masuk kepada Big Data and Cloud Computing Dengan penggunaan big data dan komputasi awan (cloud computing), informasi yang diambil melalui jaringan ini dapat digunakan untuk memodelkan, memvirtualisasi dan mensimulasi produk dan proses manufakturnya.[2]
Jadi dapat disimpulkan Karakteristik model dari Industri 4.0 adalah kombinasi dari beberapa perkembangan teknologi terbaru seperti sistem siber fisik, teknologi informasi dan komunikasi, jaringan komunikasi, big data dan cloud computing, pemodelan, virtualisasi, simulasi serta peralatan yang telah dikembangkan untuk kemudahan interaksi manusia dengan komputer.
C.    Tantangan Pendidikan di Era Industri 4.0
Revolusi Industri 4.0 merupakan istilah yang diutarakan Prof. Klaus Martin Schwab, teknisi, ekonom Jerman dan pendiri Executive Chairman World Economic Forum. Era Revolusi Industri 4.0 menghadirkan lini usaha baru, lapangan kerja, serta profesi baru. Siapa yang menyangka muncul pekerjaan sebagai buzzer politik, admin media sosial, juga brand endorser. Ancamannya, profesi dan lapangan kerja yang tergantikan mesin kecerdasan buatan dan robot.
Revolusi telah terjadi sepanjang sejarah ketika teknologi baru dan cara baru untuk memahami dunia memicu perubahan besar dalam sistem ekonomi dan struktur social. Revolusi Industri 4.0 tidak hanya mesin dan sistem cerdas, cakupannya jauh lebih luas karena terjadi bersamaan, yaitu berupa gelombang terobosan di berbagai bidang, sekuensing gen hingga nanoteknologi, dari energi terbarukan hingga komputasi kuantum.
Revolusi digital dan era disrupsi teknologi merupakan istilah lain dari Industri 4.0. Disebut revolusi digital karena terjadinya proliferasi komputer dan otomatisasi pencatatan di semua bidang. Ada beberapa tantangan industri 4.0 :
1.      Pertama, keamanan teknologi informasi.
2.      Kedua, keandalan dan stabilitas mesin produksi.
3.      Ketiga, kurangnya keterampilan memadai.
4.      Keempat, keengganan berubah pemangku kepentingan.
5.      Kelima, hilangnya banyak pekerjaan karena berubah menjadi otomatisasi.
Posisi manusia di Indonesia saat ini dalam masa disrupsi atau tercerabut. Jika dulu mau pergi ke suatu tempat harus menunggu angkutan lewat, kemudian muncul taksi. Setelah taksi menjamur, muncul kendaraan online seperti Go-jek dan Go-car. Dulu orang ketika mau mencukur rambut cukup datang ke tukang cukur tradisional. Era kini memunculkan industri barbershop yang modern dan praktis.
Irianto dalam karya Industry 4.0; The Challenges of Tomorrow (2017), menyebut tantangan Industri 4.0 meliputi beberapa hal. Pertama, kesiapan industri. Kedua, tenaga kerja terpercaya. Ketiga, kemudahan pengaturan sosial budaya. Keempat, diversifikasi dan penciptaan lapangan kerja dan peluang industri 4.0 yaitu inovasi ekosistem, basis industri yang kompetitif, investasi pada teknologi dan integrasi Usaha Kecil Menengah (UKM) dan kewirausahaan.
Apakah hanya dunia kerja dan digital secara luas? Tentu tidak. Tantangan era Revolusi Industri 4.0 kompleks sekali. Belum lagi di dunia pendidikan, semua sudah berkonversi di dunia digital. Jika dulu cukup sistem manual, kuno, primitif, saat ini semua harus serba siber. Contohkan e-library (perpustakaan digital), e-learning (pembelajaran digital), e-book (buku online), dan lainnya.
Peralihan gaya mengajar bergeser dari teacher center ke student center yang tentu dapat meningkatkan minat belajar siswa. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran menjadi inovasi pembelajaran berdampak positif. Tidak hanya dari segi minat belajar namun juga dari hasil belajar. Penggunaan berbagai aplikasi digital, CD pembelajaran interaktif, ebook, website, dan gaya belajar digital lainnya merupakan alternatif paperless. Guru tidak perlu mencetak berlembar-lembar soal tes bagi siswanya. Siswa dapat menempuh evaluasi dengan berbagai aplikasi online seperti edmodoo dan kahoot.[3]
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tantangan era Revolusi Industri 4.0 sangat komplek. Pertama, keamanan teknologi informasi yang menyasar ke dunia pendidikan. Kedua, keandalan dan stabilitas mesin produksi. Ketiga, kurangnya keterampilan yang memadai. Keempat, keengganan untuk berubah para pemangku kepentingan. Kelima, hilangnya banyak pekerjaan karena otomatisasi. Keenam, stagnasi pemanfaatan teknologi, informasi, dan komunikasi. Ketujuh, belum meratanya perubahan kurikulum, model, strategi, pendekatan dan guru dalam pembelajaran yang menguatkan literasi baru. Perkembangan era Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan masifnya perkembangan digital technology, artificial intelligence, big data, robotic, dan lainnya menjadi proyek bersama semua lembaga pendidikan untuk menjawabnya. Meskipun tidak bisa pada semua aspek, minimal lembaga pendidikan tingkat dasar fokus pada penguatan literasi baru.
D.    Perubahan Sistem Pendidikan di Era Industri 4.0
Perkembangan teknologi digital di era Industri 4.0 saat ini telah membawa perubahan dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk di bidang pendidikan.
Hoyles & Lagrange (2010) menegaskan bahwa teknologi digital adalah hal yang paling mempengaruhi sistem pendidikan di dunia saat ini. Hal ini disebebkan karena aspek efektivitas, efisiensi dan daya tarik yang ditawarkan oleh pembelajaran berbasis teknologi digital. Jika pada tahun 1980an, benda-benda kongkrit artifisial mendominasi penggunaannya sebagai alat visualisasi konsep-konsep abstrak, kini visualisasi berbasis teknologi digital marak digunakan sebagai alat bantu yang lebih efektif, efisien, interaktif, dan attraktif. Jika pada tahun 1990an, penggunaan alat hitung berbasis digitial, seperti kalkulator, dihindari penggunaannya di sekolah dikarenakan asumsi bahwa alat tersebut dapat merusak mental matematika siswa, kini kalkulator dipandang memiliki nilai edukasi untuk meningkatkan kemampuan siswa kepekaan bilangan siswa dan membantu dalam pemecahan masalah matematika.
Dewan Nasional Guru Matematika NCTM (National Council Of Teacher Of Mathematics) (2000) menegaskan bahwa integrasi teknologi dalam pembelajaran paling tidak memiliki tiga dampak yang positif dalam pembelajaran matematika, yaitu :
1.      teknologi dapat meningkatkan capaian pembelajaran matematika
2.      Teknologi dapat meningkatkan efektivitas pengajaran matematika
3.      Teknologi dapat mempengaruhi apa dan bagaimana matematika itu seharusnya dipelajari dan dibelajarkan.
Sejalan dengan NCTM (2000), berbagai penelitian menunjukkan bahwa siswa dapat belajar matematika lebih kaya dan mendalam ketika teknologi digunakan dengan ‘tepat guna’ dalam pembelajaran matematika (seperti Drijvers, Boon & Van Reeuwijk, 2010; Ellington, 2003; Heid, 1988; Dunham and Dick 1994; Sheets 1993; Boersvan Oosterum 1990; Rojano 1996; Groves 1994). 
Meskipun berbagai riset menunjukkan dampak positif dari pengintegrasikan teknologi digital dalam pembelajaran matematika, masih banyak ditemukan pendidikan matematika lainnya yang meragukan hal tersebut. Misalnya, studi awal kami menemukan bahwa guru masih menyimpan kekhawatiran terkait implementasi teknologi dalam pembelajaran matematika. Mereka masih berasumsi bahwa teknologi digital dalam pembelajaran matematika akan memberikan dampak buruk terhadap pembelajaran matematika. Misalnya, pengenalan mesin kalkulator sebagai alat hitung akan menyebabkan ketergantungan siswa terhadap mesin hitung tersebut, yang kemudian berakibat pada buruknya kemampuan siswa dalam melakukan perhitungan. Selain itu, penggunaan teknologi digital dikhawatirkan disalahgunakan oleh siswa yang akibatnya siswa tidak mempelajari apa yang seharusnya dipelajari. Misalnya, ketika siswa bekerja dengan alat pembelajaran berbasis teknologi digital, mereka lebih disibukkan dengan mencoba-coba fitur pada alat belajar tersebut, bukan pada penemuan pelajaran berbantuan alat tersebut. 
Meskipun demikian, mereka menyadari bahwa teknologi dalam pembelajaran tidak dapat dihindari dan ada keyakinan pada diri mereka bahwa teknologi dapat memberikan dampak positif jika dilakukan dengan tepat guna.[4]
Jadi dapat disimpulkan bahwa era industry 4.0 membawa perubahan serta dapat mempengaruhi system pendidikan karena aspek efektivitas, efisiensi dan daya tarik yang ditawarkan oleh pembelajaran berbasis teknologi digital. Yang dulunya menggunakan alat hitung berbasis digital dihindari karena alat tersebut dapat merusak mental siswa, sekarang alat hitung digital yang sering disebut kalkulator kini digunakan dan dipandang untuk meningkatkan kemampuan siswa.
E.     Apa Yang Harus Dilakukan Terhadap Revolusi Industri 4.0
Perubahan dalam pembelajaran sesuai dengan era industry 4.0 akan berdampak pada peran pendidikan vokasi khususnya peran pendidiknya. Jika peran pendidik masih mempertahankan sebagai penyampai pengetahuan, maka mereka akan kehilangan peran seiring dengan perkembamgan teknologi dan perubahan metode pembelajarannya. Kondisi tersebut harus diatasi dengan menambah kompetensi pendidik yang mendukung pengetahuan untuk eksplorasi dan penciptaan melalui pembelajaran mandiri. Definisi kompetensi baru harus segera ditemukan melalui penelusuran dan penelitian tentang tujuh domain dalam kompetensi mengajar guru vokasi (Ye-weon Jeon, dkk: 2017) yaitu teaching design, teaching and learning guidance, research on teaching content, research on teaching methods, career and interpersonal relationship guidance, management support for school and class, cooperation.
Selain peran pendidik, pendidikan vokasi harus menyiapkan bimbingan karir dan pengembangan karir peserta didik, lebih mengutamakan kompetensi lulusannya nanti seperti apa daripada ijasahnya, membentuk akses untuk pendidikan yang global, meningkatkan personal development khususnya tentang keterampian sosial. Selain itu untuk penataan kelembagaan, program studi yang ada tidak perlu diganti dengan yang baru akan tetapi lebih pada menyesuaikan sesuatu yang baru kedalam program studi yang sudah ada, meningkatkan kinerja pendidikan vokasi pada level yang lebih tinggi dengan menerapkan model pembelajaran problem solving dan berpikir system, serta keterhubungan dengan pihak industri yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.
Dalam kontek pembelajaran abad 21, pembelajaran yang menerapkan kreativitas, berpikir kritis, kerjasama, keterampilan komunikasi, kemasyarakatan dan keterampilan karakter, tetap harus dipertahankan bahwa sebagai lembaga pendidikan vokasi peserta didik tetap memerlukan kemampuan teknik. Pemanfaatan berbagai aktifitas pembelajaran yang mendukung industry 4.0 merupakan keharusan dengan model resource sharing dengan siapapun dan dimanapun, pembelajaran kelas dan lab dengan augmented dengan bahan virtual, bersifat interaktif, menantang, serta pembelajaran yang kaya isi bukan sekedar lengkap. Melalui kesadaran terhadap tantangan yang sudah ada di dunia kerja melalui revolusi industry 4.0, dan kesiapan untuk berubah akan mendekatkan pendidikan vokasi pada kondisi ketenagakerjaan sekarang dan masa depan.[5]
Jadi dapat disimpulkan revolusi industry 4.0 ini pendidikan di hadapkan dengan perubahan. Pendidik harus mampu menanggapi perubahan ini, karena operan penyampai pengetahuan akan segera berubah menjadi peran peran pendamping untuk menemukan dan menciptakan melalui belajar mandiri. Maka dari itu pendidik vokasi harus belajar cepat berubah bekerjasama dengan industry dan mengenali kompetensi baru seperti apa yang dibutuhkan oleh industry 4.0 melalui pemanfaatan berbagai data. Pendidik juga harus mengembangkan keahliannya sendiri termasuk juga bagaimana mengelola data peserta didik, bimbingan karir melalui big data, serta peserta didik dapat segera beradaptasi dengan perubahan.





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Revolusi Industri 4.0 yaitu perubahan yang berlangsung cepat dengan memanfaatkan teknologi dan big data, dalam pelaksanaan proses produksi yang dulunya dilakukan oleh manusia sekarang digantikan oleh mesin atau menggunakan teknologi baru.
2.      Karakteristik model dari Industri 4.0 adalah kombinasi dari beberapa perkembangan teknologi terbaru seperti sistem siber fisik, teknologi informasi dan komunikasi, jaringan komunikasi, big data dan cloud computing, pemodelan, virtualisasi, simulasi serta peralatan yang telah dikembangkan untuk kemudahan interaksi manusia dengan komputer.
3.      Tantangan era Revolusi Industri 4.0 sangat komplek. Pertama, keamanan teknologi informasi yang menyasar ke dunia pendidikan. Kedua, keandalan dan stabilitas mesin produksi. Ketiga, kurangnya keterampilan yang memadai. Keempat, keengganan untuk berubah para pemangku kepentingan. Kelima, hilangnya banyak pekerjaan karena otomatisasi. Keenam, stagnasi pemanfaatan teknologi, informasi, dan komunikasi. Ketujuh, belum meratanya perubahan kurikulum, model, strategi, pendekatan dan guru dalam pembelajaran yang menguatkan literasi baru.
4.      Era industry 4.0 membawa perubahan serta dapat mempengaruhi system pendidikan karena aspek efektivitas, efisiensi dan daya tarik yang ditawarkan oleh pembelajaran berbasis teknologi digital. Yang dulunya menggunakan alat hitung berbasis digital dihindari karena alat tersebut dapat merusak mental siswa, sekarang alat hitung digital yang sering disebut kalkulator kini digunakan dan dipandang untuk meningkatkan kemampuan siswa.
5.      Yang harus dilakukan dalam menghadapi revolusi industry 4.0 ini. Pendidik harus mampu menanggapi perubahan ini, karena operan penyampai pengetahuan akan segera berubah menjadi peran peran pendamping untuk menemukan dan menciptakan melalui belajar mandiri. Maka dari itu pendidik vokasi harus belajar cepat berubah bekerjasama dengan industry dan mengenali kompetensi baru seperti apa yang dibutuhkan oleh industry 4.0 melalui pemanfaatan berbagai data. Pendidik juga harus mengembangkan keahliannya sendiri termasuk juga bagaimana mengelola data peserta didik, bimbingan karir melalui big data, serta peserta didik dapat segera beradaptasi dengan perubahan.
B.     Saran
Semoga hasil penulisan makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis. Kami selaku penyusun makalah tersebut mengharapkan saran, dan ide yang bisa membangun, dan melengkapi makalah yang dibuat tersebut. Dan jika ada kesalahan mohon dimaafkan.

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3875388086098959"
     crossorigin="anonymous"></script>

DAFTAR PUSTAKA
Suwardana, Hendra. “Revolusi Industri 4.0 Berbasis Revolusi Mental.” Jurnal Unik.
2017.
Fauzan, Rahman. “Karakteristik Model dan Analisa Peluang Industri 4.0.” Jurnal
PHASTI.  2018.
Ibda, Hamisullah. “penguatan literasi baru era revolusi industry 4.0.” Jurnal RTIE.
            2018.
Susilahudin Putrawangsa & Uswatun Hasanah. “integrasi teknologi digital dalam
pembelajaran di era 4.0.” Jurnal Tatsqif. 2018
Triyono, Moch Bruri. “tantangan revolusi 4.0 bagi pendidikan vokasi.” Jurnal
seminasvoktek. 2017.



[1] Hendra Suwardana, “Revolusi Industri 4.0 Berbasis Revolusi Mental.” Jurnal Unik, vol.1, no. 2 (2017) hlm., 103.
[2] Rahman fauzan, “Karakteristik Model dan Analisa Peluang Industri 4.0.” Jurnal PHASTI, vol.04, No. 1 (April 2018) hlm., 2-4.
[3] Hamisullah Ibda, “penguatan literasi baru era revolusi industry 4.0.” Jurnal RTIE, vol. 1, No. 1 (2018) hlm., 5-7.
[4] Susilahudin Putrawangsa & Uswatun Hasanah, “integrasi teknologi digital dalam pembelajaran di era 4.0.” Jurnal Tatsqif, vol. 16, No. 1 (Juni 2018) hlm., 43-45.
[5] Moch Bruri Triyono, “tantangan revolusi 4.0 bagi pendidikan vokasi.” Jurnal seminasvoktek, (Oktober 2017) hlm., 4-5.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah pendekatan sosio-emosional dan pendekatan kelompok di smpn 4 pamekasan - manajemen kelas

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF